Wednesday, November 25, 2009

Tips Wawancara kerja - 1

DARI GROUP POLITEKNIK NEGERI BANDUNG (Wawancara Kerja -1)



Semoga bermanfaat

WAWANCARA KERJA
Menjawab dengan cerdas, taktis dan optimis


Meski anda merasa pintar dan brilian, jangan keburu yakin bahwa semua pintu
perusahaan akan terbuka secara otomatis untuk anda. Sebab kenyataannya, para
tuan dan nyonya pintar ini seringkali gagal dalam wawancara. Alasannya ? tidak
smart dan taktis dalam menjawab pertanyaan.

1. Ceritakan tentang diri anda

Erina Collins, seorang agen rekruitmen di Los Angeles menyatakan seringkali
ada perbedaan yang mengejutkan antara ketika kita membaca lamaran seseorang
dengan saat berhadapan dengan si pelamar.

"Pengalaman menunjukkan, surat lamaran yang optimis tidak selalu menunjukkan
bahwa pelamarnya juga sama optimisnya," kata Erina. Ketika pewawancara
menanyakan hal yang sederhana seperti "Di mata anda, siapa anda?"
atau "Ceritakan sesuatu tentang anda", banyak pelamar menatap pewawancaranya
dengan bingung dan lalu seketika menjadi tak percaya diri.

"Saya merasa biasa-biasa saja" atau "tak banyak yang bisa saya ceritakan

tentang diri saya" seringkali menjadi jawaban yang dipilih pelamar sebagai
upaya merendahkan diri. Selama ini banyak artikel karir konvensional yang
menyarankan agar anda sebaiknya merendahkan diri sebisa mungkin, sebagai upaya
mencuri hati si pewawancara. "Tapi ini jaman modern. Jawaban yang terlalu
merendah dan banyak basi-basi hanya menunjukkan bahwa anda sebenarnya tidak
yakin dengan diri anda. Dan perusahaan masa kini tidak butuh karyawan seperti
itu," tegas Erina.

Pengalaman Eliana Burthon, staf humas sebuah hotel berbintang di New York
mungkin menarik untuk disimak. Ketika pewawancara memberinya satu menit untuk
bercerita tentang dirinya, Eliana mengatakan "Saya Eliana Burthon, anak
pertama dari lima bersaudara. Sejak SMA, saya aktif di koran sekolah. Disitu
saya menulis, mewawancarai orang-orang di sekitar saya dan berhubungan dengan
mereka. Dari situ saya sadar alangkah menariknya bisa bertemu dengan orang
banyak, berdiskusi dan mengetahui banyak hal dari mereka. Diluar itu, saya
senang musik, membaca dan traveling.Ketika kuliah, saya sering menulis
pengalaman jalan-jalan saya, atau sekedar memberi referensi kaset yang sedang
laris untuk koran kampus saya."

Meski tak memberikan jawaban yang berbunga-bunga, apa yang diungkapkan Eliana
tentang dirinya menunjukkan bahwa dirinya terbuka, ramah dan punya rasa ingin
tahu. "Jawaban itu cerdas dan efektif untuk menggambarkan bagaimana dia
menyatakan secara implisit bahwa dirinya merasa layak ditempatkan di posisi
yang diincarnya. Pewawancara butuh jawaban seperti itu. Cukup singkat, tapi
menunjukkan optimisme yang alamiah," kata Erina Collins.

Kalau anda dipanggil untuk wawancara, sebisanya persiapkan diri dengan baik.
Rasa percaya diri dan menunjukkan bahwa anda menjadi diri sendiri adalah yang
terpenting. Pewawancara tidak butuh jawaban yang berbunga-bunga, berapi-api
apalagi munafik.

Pada kesempatan pertama, mereka biasanya ingin melihat bagaimana si pelamar
menghargai diri sendiri. Sebab itu, buatlah beberapa poin tentang kemahiran
anda, hal-hal yang anda sukai dan inginkan untuk masa depan anda. Kalau telah
menemukan poin -poin itu, berlatihlah mengemukakan semua itu dalam sebuah
jawaban singkat yang cerdas dan optimis.

2. Hati-hati pertanyaan jebakan

Siapapun idealnya tak suka menjawab pertanyaan-pertanyaan yang memojokkan.
Tapi begitulah kenyataannya ketika anda diwawancara. Seringkali banyak hal tak
terduga yang dilontarkan si pewawancara dan membuat anda seringkali kelepasan
bicara.

Dalam hal ini, Erina memberi contoh pengalamannya ketika mewawancarai seorang
pelamar tentang mengapa ia memutuskan pindah kerja.

"Ketika itu saya tanya 'apa yang membuat anda memutuskan pindah kerja? tadi
anda bilang, lingkungan kerjanya cukup nyaman kan?' dan pelamar itu
menjawab 'saya tidak suka bos saya. Seringkali ia membuat saya jengkel dengan
pekerjaan-pekerjaan tambahan dan itupun tidak membuat gaji saya naik.' Saya
lalu berpikir, apa yang akan dia katakan jika suatu saat keluar dari
perusahaan saya tentulah tak beda buruknya dengan apa yang dia ungkapkan pada
saya tentang perusahaan lamanya," ungkap Erina.

Poinnya, taktislah dalam memberi jawaban. Jangan pernah memberi jawaban yang
menjelekkan tempat kerja anda yang lama atau apapun yang konotasinya negatif.
Lebih baik kalau anda menjawab "saya menginginkan ritme kerja yang teratur dan
terjadwal.

Mengenai gaji, sebenarnya di tempat kerja yang lama tak ada masalah, tapi
tentu saya senang kalau ada peluang untuk peningkatan gaji." Atau kalau anda
ditanya tentang kelemahan anda, lebih baik tidak menjawab "saya sering telat
dan lupa waktu." Tetapi jawablah lebih taktis, misalnya "kadang saya memang
pelupa, tetapi beberapa waktu ini sudah membaik karena saya selalu mencatat
segalanya di buku agenda." atau "saya sering kesal kalau kerja dengan rekan
yang lamban, tetapi sebisanya kami berdiskusi bagaimana caranya menyelesaikan
kerja dengan lebih cepat."

Dalam wawancara, si pewawancara selalu berupaya mengorek sedapat mungkin

tentang kepribadian pelamar. Kadang pertanyaan sepele seperti "Sudah punya
pacar? Ada niat menikah dalam waktu dekat?" sering ditanggapi buru-buru oleh
si pelamar dengan menjawab misalnya "Sudah, rencananya kami akan menikah akhir
tahun ini." Padahal, menurut Erina, jawaban itu bisa jadi penutup peluang
kerja anda. "Perusahaan selalu ingin diyakinkan bahwa calon karyawannya hanya
akan fokus pada pekerjaan mereka, terutama pada awal masa kerja. Jawaban bahwa
anda akan menikah dalam waktu dekat justru menunjukkan bahwa perusahaan
bukanlah fokus anda yang sebenarnya, tetapi hanya seperti selingan," ujar
Erina sambil menambahkan bahwa akan lebih baik kalau anda menjawab "sudah,
tapi sebenarnya saya ingin mempunyai pengalaman kerja yang cukup sebelum

memutuskan untuk menikah."


BERSAMBUNG....

DARI GROUP POLITEKNIK NEGERI BANDUNG (Wawancara Kerja -1)


TRaffic meter

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More